Tyson Kunci Pelatih di Kandang Macan hingga Nasib MotoGP 2020
Jakarta, CNN Indonesia -- Cerita pernah mengunci pelatihnya di kandang macan hingga bersiap untuk balapan tanpa penonton jadi berita terpopuler dalam 24 jam terakhir. Selain itu, cerita pemain Real Madrid yang begadang sebelum partai final Liga Champions 1998 masuk daftar berita terpopuler. Berikut tiga berita olahraga terpopuler dalam 24 jam terakhir:
Jeff Fenech yang pernah menjadi pelatih Mike Tyson mengaku sempat menjadi korban keusilan mantan juara dunia tinju kelas berat tersebut.
Fenech adalah mantan petinju asal Australia yang kemudian menjadi pelatih Tyson pada awal 2000-an. Hubungan keduanya sudah terjalin sebelum Fenech menjadi pelatih. Kedekatan keduanya tidak membuat Fenech selamat dari tingkah laku jahil Tyson. "Ketika saya pertama kali ke rumahnya, Mike mendorong saya ke kandang macan dan mengunci saya di sana," ucap Fenech. "Saya tidak takut pada banyak hal, tetapi saya harus mengganti celana dalam ketika saya keluar kandang itu," ia melanjutkan.
Dilansir Crash, Dorna mulai merancang rencana untuk menggelar balapan tanpa penonton dengan jumlah kru tim seminimal mungkin. Pihak Dorna telah mengirimkan surat elektronik ke masing-masing tim untuk meminta daftar minimal kru yang akan berada di paddock pada awal pekan ini. Permintaan data minimal kru ini dilakukan Dorna agar mendapat persetujuan pemerintah tempat balapan MotoGP berlangsung. Dorna memerlukan angkat yang tepat dan dari mana kru tersebut bepergian.
Perkiraan sebelumnya menunjukkan total sekitar 1.000 staf inti yang akan terlibat untuk menggelar balapan tertutup. Ezpeleta mengungkapkan dari balasan surat elektronik masing-masing tim, maka tim pabrikan perlu minimal 40 kru dan tim satelit butuh 25 kru. Para pemain Real Madrid diketahui begadang sebelum bertanding lawan Juventus pada final Liga Champions musim 1997/1998 di Amsterdam Arena, Belanda, 20 Mei 1998.
Bek legendaris Madrid, Roberto Carlos, mengungkapkan tidak ada satupun dari pemain yang bisa tidur cepat satu hari jelang partai final berlangsung. Padahal, seluruh pemain biasanya sudah berada di kamar masing-masing pukul 22.00. "Malam sebelum final tidak ada satupun dari kami yang bisa tidur. Di malam itu, kami duduk di lobi hotel pukul empat pagi, menceritakan berbagai hal. Kami tidak takut, kami hanya punya rasa hormat untuk Juventus."